TUGAS MATA KULIAH
KESMAVET II
“DAGING
DAN SEL OTOT PENYUSUNNYA”
OLEH:
I PUTU JULI SUKARIADA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Daging
adalah salah satu komoditi pertanian yang di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan
tubuh akan zat gizi protein dimana protein daging mengandung susunan asam amino
yang lengkap. Secara umum konsumsi protein dalam menu rakyat Indonesia
sehari-hari masih dibawah kebutuhan minimum, terutama protein hewani. Rendahnya
jumlah yang dikonsumsi disebabkan oleh harga protein hewani yang relatif lebih
mahal dan sumber dayanya yang terbatas.
Daging
merupakan salah satu sumber gizi bagi manusia, selain itu juga merupakan sumber
makanan bagi mikoorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan
menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara
gizi, daya cerna ataupun daya simpannya. Selain itu pertumbuhan mikroorganisme
dalam bahan pangan juga dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang
tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut. Makanan yang dikonsumsi dapat
menjadi sumber penularan penyakit apabila telah tercemar mikroba dan tidak dikelola
secara higienes, makanan yang bepotensi tercemar adalah makanan mentah terutama
daging yang tidak aman dapat membahayakan kesehatan konsumen. tidak layak
dikonsumsi.
Pada
umumnya daging kuda, sapi dan kerbau sama. Daging kuda warnanya lebih tua daripada
daging sapi. Seratnya agak kasar, baunya seperti biji kemiri. Daging kerbau
lebih kasar jenisnya dari pada daging sapi, warnanya hampir sama dengan daging
sapi dan baunya lebih keras. Daging babi keadaannya lebih lunak daripada daging
sapi, warna lebih merah, serat daging lebih halus dan lebih banyak mengandung
lemak. Sedikitnya dua per tiga dari persediaan daging di dunia di konsumsi oleh
seperempat jumlah penduduk dunia yang sebagian besar adalah orang-orang Barat.
Protein yang dihasilkan melalui peternakan merupakan suatu kemewahan yang
dinikmati oleh mereka yan mempunyai tanah peternakan atau padang rumput yang
luas.
Daging
merupakan makanan sehari-hari dalam peradaban orang-orang petualang (nomad) dan
keadaan ini masih berlaku pada masyarakat yang menggantungkan diri pada ternak
pemakan rumput, baik di Stepa (tanah datar yang luas dan kering) atau di
pinggiran pasir di Asia Tenggara, Arab, Somalia, dan Mauritania. Daging
merupakan unit bahan pangan kedua terbesar yang diangkut dengan mesin pendingin
antar samudra. Jumlahnya mencapai sekitar 1,8 juta ton/tahun. Sebagian besar
dari perdagangan daging internasional ditujukan ke Eropa dan Amerika Utara.
1.2 RUMUSAN MASALAH
- 1.2.1 Bagaimanakah Struktur otot rangka ?
- 1.2.2 Bagaimanakah komposisi dan nilai nutrisi daging ?
- 1.2.3 Bagaimanakah kandungan protein dalam daging ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
- 1.3.1 Dapat mengetahui struktur otot rangka.
- 1.3.2 Dapat mengetahui komposisi dan nilai nutrisi daging.
- 1.3.3 Dapat mengetahui kandungan protein dalam daging.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara
umum daging yang rnembentuk tubuh ternak tersusun oleh tiga tipe jaringan,
yaitu jaringan otot, jaringan ikat fibrous, dan jaringan lemak. Ketiga tipe
jaringan tersebut tersusun oleh sel-sel di dalam matriks yang mengandung
serabut. Otot dan jaringan ikat merupakan komponen utama dari karkas ternak
pedaging, sehingga otot dan jaringan ikat merupakan penyusun sekaligus penentu
kualitas daging. Karena pentingnya informasi tentang otot dan jaringan ikat
sebagai komponen utama dan penentu kualitas daging, maka struktur fibrus,
komposisi protein dan sifat-sifat otot, khususnya otot rangka, perlu diuraikan
secukupnya.
2.1
Struktur Fibrus Otot Rangka
Serabut otot rangka berinti banyak dan
merupakan jumlah sel terbesar dalam tubuh, panjangnya sekitar 4 cm dengan
diameter 10-140 mikron. Ketebalannya bervariasi dan ada hubungan antara tipe
otot (tipe kerja) dengan ketebalannya. Secara umum diakui bahwa kekuatan suatu
otot tidak tergantung pada panjangnya serat serat otot yang bersangkutan, akan
tetapi tergantung pada jumlah total serat serat yang ada di dalam otot
tersebut. Otot bertambah besar akibat latihan dan hal ini disebabkan oleh
terjadinya penebalan masing masing serat otot (hipertrofi) dan bukan karena
bertambah banyaknya serat serat Qiiperplasia).
Otot tersusun dari banyak ikatan serabut
otot yang lazim disebut fasikuli. Fasikuli ini terdiri dari serabut-serabut
otot, sedangkan serabut otot tersusun dari dari banyak fibril dan disebut
miofibril (Gambar 2). Lebih lanjut miofibril tersusun dari banyak filamen dan
disebut miofilamen. Ada dua tipe miofilamen yaitu filamen tebal (protein
miosin) dan tipis (protein aktin). Jadi berdasarkan urutan ukurannya (dari
ukuran terbesar sampai ukuran terkecil), otot tersusun dari fasikuli, serabut
otot, miofibril dan miofilamen (filamen tebal dan filamen tipis) (Gambar 2; 3;
dan 4).
Jaringan otot dibungkus oleh selapis jaringan ikat agak padat disebut epimisium, yang dengan mata biasa tampak sebagai suatu selubung putih. Di dalam epimisium terdapat serat serat otot, yang tersusun dalam berkas atau fasikulus. Masing masing berkas atau fasikulus dikelilingi oleh suatu selubung tipis jaringan ikat, yaitu perimisium. Selanjutnya di dalam fasikulus, setiap serat otot sebagai komponen penyusun fasikulus dibungkus oleh jaringan ikat jarang yang disebut endomisium
GAMBAR 2 : Penampang
melintang otot rangka
GAMBAR 3 : Serabut ( sel ) otot
Perbedaan utama serabut otot di antara
spesies adalah dalam hal panjang serabut dan jumlah serabut per otot. Setiap
serabut dikelilingi oleh plasmalema setebal 7,5-10 nm yang disebut sarkolema,
yang mempunyai komposisi lemak kira-kira 60% protein, 20% fosfolipida, dan 20%
kolesterol. Sarkolema bersif at elastis,
dan memegang peranan penting pada kontraksi atau pemendekan otot, relaksasi dan
peregangan otot.
Sitoplasma yang terdapat di dalam
serabut otot disebut dengan sarkoplasma. Sarkoplasma merupakan substansi
koloidal intraseluler dengan komposisi utama berupa air 75-80%. Komponen
sarkoplasma lainnya adalah lipid, granula glikogen dalam jumlah yang
bervariasi, non-protein nitrogen, dan komponen anorganik.
Miofibril.
Miofibril adalah organela serabut otot berbentuk silindris, panjang dan tipis
dengan diameter 1-2 jam. Sumbu panjangnya paralel dengan sumbu panjang serabut
otot. Suatu serabut otot yang mempunyai diameter 50 |xm, mengandung 1000 sampai
lebih dari 2000 miofibril. Miofibril terdiri dari segmen-segmen yang disebut
sarkomer. Panjang sarkomer saat istirahat kira-kira 2,5 jam. Di dalam sarkomer
terdapat 2 macam miofilemen, yaitu filamen tebal (filemen miosin) dengan
diameter 10-12 [im atau lebih, dan filamen tipis (filamen aktin) dengan
diameter kira-kira 5-7 (am. Bagian jalur yang kabur dari miofibril pada sinar
polaris atau isotropik disebut ban I, sedangkan bagian yang jelas, tebal dan
lebih luas atau bagian anisotropik disebut ban A. Susunan ban I dan A pada
fibril-fibril yang paralel longitudinal di dalam serabut otot, menyebabkan
serabut otot rangka tampak bergaris-garis melintang. Ban I dan ban A,
masing-masing terbagi menjadi 2 seksi oleh jalur-jalur tipis. Setiap ban I
terbagi menjadi 2 seksi oleh suatu jalur tipis gelap yang disebut jalur Z. Unit
miofibril di antara 2 jalur Z yang berdekatan inilah yang disebut sarkomer
(Gambar 4). Sarkomer meliputi ban A dan kedua seksi dari ban I yang letaknya
pada setiap sisi dari ban A. Sarkomer merupakan unit yang berulang dari
miofibril dan unit basis kejadian kontraksi dan relaksasi.
Di bagian tengah dari setiap ban A,
terdapat suatu wilayah yang agak kurang tebal daripada bagian A lainnya, yang
disebut sebagai wilayah H. Bagian tengah wilayah H, dibagi menjadi 2 seksi oleh
suatu jalur tebal, yang disebut jalur M. Wilayah yang relatif kurang tebal di
dalam wilayah H pada kedua sisi dari jalur M disebut pseudo wilayah H.
2.2 Komposisi dan Nilai Nutrisi Daging
Komposisi kimia daging bervariasi di
antara spesies, bangsa, atau individu ternak.Komposisi kimia daging dipengaruhi
oleh faktor genetika dan lingkungannya. Nilai nutrisi daging berhubungan dengan
kandungan protein, lemak karbohidrat, mineral, dan vitamin yang
terdapat dalam daging tersebut.
2.2.1 Nutrisi Protein
Daging mentah mengandung protein sekitar
19-23%, tergantung kepada kadar lemaknya. Kandungan protein dan lemak mempunyai
hubungan negatif di antara kedua konstituent tersebut. Setiap 100 g daging
masak kandungan proteinnya berkisar antara 25-30% atau setara dengan 45-55%
dari kebutuhan protein tubuh per hari yang dianjurkan oleh NRC (1998).
asal jaringan otot rangka, merupakan
protein berkualitas tinggi dan merupakan protein yang memiliki karakteristik :
(1) mengandung semua asam amino esensial, (2) nilai biologisnya tinggi dalam
memacu pertumbuhan, (3) mudah tercerna, dan (4) mudah terserap.
Asam amino esensial adalah asam amino
yang tidak dapat disintesis oleh tubuh dalam jumlah yang cukup memadai. Orang
dewasa membutuhkan 9 macam asam amino esensial, yaitu : asam amino valin,
triptopan, treonin, metionin, leusin, isoleusin, lisin dan histidin (NRC,
1988). Protein daging dapat dicerna sampai sekitar 95-100% sedang protein
nabati hanya sekitar 65-75%.
2.2.2 Nutrisi Lemak dan Kalori
Kadar lemak dari daging bervariasi,
tergantung kepada jumlah lemak eksternal dan lemak intramuskular yang
dikandungnya. Ditinjau dari segi nutrisi, komponen lemak daging yang penting
adalah: trigliserida, f osf olipida, kolesterol, dan vitamin yang terlarut
dalam lemak. Nilai kalori daging tergantung kepada asam-asam lemak dalam
trigliserida yang besar dan fosfolipida (NRC, 1998).
Trigliserida mengandung asam-asam lemak
jenuh dan tidak jenuh. Ternak ruminansia mengandung asam lemak jenuh yang lebih
tinggi ketimbang ternak non runinansia. Asam lemak jenuh dalam daging contohnya
asam palmitat dan stearat. Konsumsi lemak jenuh yang relatif tinggi merupakan faktor
kontribusi terhadap munculnya penyakit jantung (Judge et al, 1989)
2.2.3 Kolesterol
Kolesterol adalah salah satu komponen lemak
yang bila terkandung dalam darah dengan jumlah yang tinggi dapat meningkatkan
risiko penyakit jantung. Kadar kolesterol dalam daging tidak berhubungan dengan
kadar kolesterol dalam darah pada individu yang normal. Kolesterol sebenarnya
disintesis oleh tubuh pada kadar 600-1500 mg per hari. Namun apabila sejumlah
kolesterol telah dikonsumsi (berasal dari luar tubuh), mengakibatkan jumlah
kolesterol yang disentesis oleh tubuh akan menurun. Sekalipun demikian,
direkomendasikan untuk mengkonsumsi kolesterol tidak lebih dari 300 mg per
hari. Diketahui bahwa daging sapi mengandung 81-106 mg/100 g daging, daging
babi (bacon), hanya 58 mg /100 g masak oven atau 85mg /100 g daging masak
goreng.
Daging domba bagian paha depan mengandung
kolesterol sekitar 119-124 mg/100g, bagian bahu 96mg/100g, shank depan 102-106
mg/100g, paha bagian belakang 78-1 OOrng/ lOOg dan daging rusuk 83-92 mg/lOOg.
Untuk daging domba masak diperkirakan kandungan kolesterolnya berkisar antara
152-182 mg/lOOg untuk daging bahu, sedangkan loin 148-192 mg/10g, rusuk 128-142
mg/lOOg dan sirloin 153-186 mg/lOOg. Daging ay am mengandung 75-89 mg/100 g
pada bagian dada, 90-94 mg/lOOg untuk paha berkulit, dan 85-93 mg/lOg untuk
paha tanpa kulit. Daging itik mengandung kolesterol 84-89 mg/lOOg dan daging
kalkun 69-89 mg/lOOg. Daging ikan mengandung kolesterol 42-81 mg/100g, kepiting
100-150 mg/ lOOg dan udang 177-195 mg/lOOg (NRC, 1988).
Konsumsi kalori yang tinggi sering
dihubungkan dengan kegemukan, sedangkan faktor kegemukan, stress, dan
ketidakaktifan dapat berkaitan dengan penyakit jantung. Setiap lOOg daging
masak hanya mengandung sekitar 15-230 kalori atau sekitar 8-12% dari 2000
kalori dalam makanan.
Daging mengandung sejumlah besar asam
lemak esensial bagi manusia, yakni asam lemak linoleat, arakidonat, dan mungkin
lenolenat, dan kebutuhan akan asam lemak esensial relatif sangat sedikit yang
sudah dapat dipenuhi oleh lemak intramuskular (marbling)
2.2.4 Nutrisi Karbohidrat
Daging mengandung karbohidrat dalam
jumlah sedikit (kurang dari 1%) yang biasanya hanya berbentuk glikogen dan asam
laktat yang disimpan dalam hati. Dalam daging proses, biasanya ditambahkan
sumber karbohidrat dari luar seperti gula, sehingga kadar karbohidrat dari
daging proses menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan daging segar.
2.2.5 Nutrisi Mineral
Daging merupakan sumber yang baik akan
mineral kecuali Ca, karena Ca umumnya hanya terdapat dalam jumlah yang rendah.
Daging biasanya mengandung mineral tanpa lemak, karena kebanyakan mineral hanya
berasosiasi dengan air dan protein daging. Setiap 100 g daging sapi, babi,
domba, dan ueaZ masing-masing mengandung sekitar 0,8; 1,2; 1,2; dan 1,0 mg Ca
dan 171; 175; 147; dan 193 mg P. Kadar Ca untuk daging sapi dan ayam secara
relatif lebih rendah jika dibandingkan daging domba, babi dan veal Daging ayam
merah gelap mengandung sodium yang lebih rendah dibandingkan daging sapi,
domba, dan babi.
Daging mengandung zat besi yang sangat
baik untuk memelihara kesehatan, untuk sintesis hemoglobin, mioglobin, dan
enzim tertentu. Tubuh hanya menyimpan zat besi dalam jumlah sedikit, sehingga
suplai melalui makanan harus berlangsung terus. Zat besi mudah terserap oleh
tubuh, sehingga makan (daging) akan menyediakan zat besi yang relatif banyak
terserap, seperti zat besi heme mengandung kira-kira 40-60% dari zat besi dari
daging.
Ginjal, hati, dan limpa mengandung zat
besi lebih tinggi jika dibandingkan dengan otot atau daging segar. Mineral ini
akan ikut hilang bersama "drip" pada daging yang dimasak, dan secara
kuantitatif mineral ini terikat bersama protein daging. Selain itu, daging juga
mengandung mikroelemen seperti Al, Co, Cu, Mn, dan Zn. Daging mengandung Zn
dalam jumlah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Zn dari tanaman. Bila
makanan dari tanaman yang digunakan sebagai pengganti daging, maka penimbunan
pitat dalam level tinggi dapat mengikat Zn dalam jumlah yang lebih tinggi dan
menurunkan availabilitasnya untuk penyerapan oleh sel-sel usus kecil. Zn
merupakan komponen esensial bagi pertumbuhan, penyembuhan luka, imunitas, rasa,
dan sintesis DNA.
2.2.6 Nutrisi Vitamin
Secara umum daging mengandung vitamin B
kompleks, tiamin, vitamin B6 dan vit B12 dalam jumlah relatif tinggi. Jika
dibandingkan dengan jenis daging lainnya, daging babi lebih banyak mengandung
tiamin, daging ayam lebih banyak mengandung niasin dan B6, serta daging sapi
lebih banyak mengandung vitamin B6 dan B12.
Kontribusi daging merah (daging sapi,
domba, babi, dan veal), daging unggas, dan ikan mengandung vitamin A dan C yang
tinggi. Selama proses pemanasan/pemasakan, daging dapat akan kehilangan vitamin
B kompleks, hilang bersama "drip", dan sebagian tiamin juga dapat
mengalami kerusakan.
2.2.7 Nutrisi Daging Organ dan
Produk Daging Proses.
Daging organ seperti otak, jantung,
ginjal, hati, paru-l>ciru, limpa, timus, dan lidah mengandung protein dalam
pmporsi yang berbeda, meskipun dalam spesies yang sama .il«ui berbeda. Hati
mengandung zat besi dalam jumlah besar, juga vitamin A dan vitamin B kompleks
terutama niasin dan riboflavin.
Produk daging proses biasanya mengandung
protein dan air yang lebih sedikit dan lemak yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan daging segar; juga kadar kalorinya lebih tinggi. Produk
daging dapat mengandung protein dan mineral yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan daging segar, karena adanya penambahan bumbu dan garam. Produk daging
yang dibungkus dengan bahan yang kedap air/uap selanjutnya dibekukan pada suhu
yang rendah (-16°C) akan mempunyai komposisi kimia dan nilai energi yang secara
relatif stabil pada saat thawing. Kerusakan yang sering terjadi hanyalah
kerusakan sel yang pada saat thawing akan dilepaskan sejumlah kandungan sel
bersama drip.
Produk ternak dapat menyediakan kalsium,
zat besi, magnesium, dan fosfor dalam diet masing-masing sebesar 60,7%, 42,0%,
dan 36,8%, sedangkan daging merah (sapi, babi, domba dan veal), unggas, dan
ikan mengandung mineral tersebut masing-masing sebesar 7,5%, 34,5%, 17,4% dan
29,0%.
Absorpsi dan pemanfaatan kalsium
dipengaruhi oleh ketersediaan vitamin D. Vitamin D akan memberi fasilitas
perpindahan kalsium ke dalam sel-sel mukosal duodenum dan meningkatkan absorpsi
kalsium.
2.3 Protein Otot
Protein otot yang berjumlah antara
16%-23% atas dasar solubilitasnya dapat dibagi ke dalam tiga kategori utama,
yaitu protein miofibril, protein sarkoplasmik, dan protein stromal.
2.3.1 Protein Miofibril
Sebagian besar serabut otot mengandung
lebih dari 50% protein miofibril. Miofibril mengandung 55-60% myosin dan
kira-kira 20% aktin. Protein miofibril lainnya dalam jumlah kecil, disebut
protein pengatur, karena fungsinya mengatur kompleks adenosin terifosfat (ATP)-
aktin-miosin. Berdasarkan urutan konsentrasi yang makin menurun, protein
pengatur terdiri dari tropomiosin, troponin, dua M-protein, alfa-aktinin,
C-protein dan beta-aktinin.
Miosin adalah protein filemen tebal yang
dominan dan proporsi asam amino basik dan asidiknya tinggi. Miosin mempunyai pH
isoelektrik kira-kira 5,4, mengandung asam amino prolin prolin yang lebih
rendah, dan lebih fibrus daripada aktin. Struktur molekul misin berbentuk
seperti batang korek api dengan bagian tebal di salah satu ujung. Bagian tebal
ini disebut kepala miosin yang berjumlah dua buah, dan bagian yang seperti
batang panjang disebut ekor miosin. Bagian antara kepala dengan ekor disebut
leher miosin. Enzim proteolitik, misalnya tripsin mampu memecah myosin di
bagian dekat lehernya menjadi dua fraksi dengan BM yang berbeda, yaitu
meromiosin ringan dan meromiosin berat. Enzim tanaman seperti papain (enzim
yang diperoleh dari buah pepaya), mampu memecah meromiosin berat menjadi dua
subsfraksi, yaitu meromiosin berat subfraksi 1 yang tersusun dari dua kepala
molekul miosin yang aktif dan tetap mengikatkan diri pada aktin serta mampu
menghidrolisis ATP, serta meromiosin berat subfraksi 2 dengan pH isoelektrik
sekitar 5,4.
Aktin adalah protein globular, dan
berjumlah kira-kira 20% dari protein miofibril. Molekul globular aktin
(G-aktin) dan bagian fibrous aktin disebut (F-aktin). Dua untaian F-aktin yang
mengikat monomer-monomer G-aktin membentuk lilitan superheliks. Superheliks ini
merupakan ciri-ciri filamen aktin. Filamen aktin secara keseluruhan mempunyai
diameter kira-kira 6-8 nm dan mempunyai pH isoelektrik sekitar 4,7.
Tropomiosin berjumlah kira-kira 5% dari
protein miofibril dan mengandung asam-asam amino yang bersifat asam dan basa
dalam jumlah yang relatif tinggi. Tropomiosin mempunyai pH isoelektrik 5,1 dan
larut dalam air serta larutan garam.
Troponin adalah protein globular pada
lekukan filamen aktin, dan berjumlah kira-kira 5% dari protein miofibril.
Sebuah molekul troponin dapat ditemukan pada setiap 7-8 miolekul G-aktin.
Peranan troponin adalah menerima ion Ca yang sensitif terhadap kompleks
aktomiosin-tropomiosin. Troponin mampu meningkatkan daya ikat aktin-
tropomiosin. Troponin mengandung protein dan asam amino aromatik.
Protein miofibril lainnya seperti alfa
aktinin, beta aktinin, gama aktinin, euaktinin, titin, fimentin dan sinemin
pada umumnya belum dapat diketahui secara pasti.
2.3.2 Protein Sarkoplasmik
Protein sarkoplasmik terutama terdiri
dari enzim-enzim yang berhubungan dengan glikolisis (73%), kreatin kinase (9%),
mioglobin yang meningkat sesuai dengan umur ternak, dan hemoglobin dalam jumlah
yang relatif sedikit. Enzim-enzim yang berasosiasi dengan glikolisis dan
kreatin kinase dapat menjadi aktif dalam situasi anaerobik (tanpa oksigen), dan
berfungsi sebagai penyedia energi untuk kontraksi otot. Enzim-enzim glikolitik
terutama terdapat pada area ban I. Tiga protein filamen tipis yaitu F-aktin,
tropomiosin, dan troponin dapat mengikat enzim-enzim glikolitik.
Mioglobin
Warna merah otot terutama disebabkan oleh
adanyakandungan myoglobin (80-90%) dari total pigmen otot. Hemoglobin (pigmen
darah) juga ikut menentukan warna daging. Struktur kedua pigmen itu juga
serupa. Akan tetapi, molekul mioglobin lebih kecil dari pada molekul
hemoglobin. Mioglobin merupakan tempat penyimpanan oksigen dalam otot. Oksigen
dalam peredaran darah diikat oleh mioglobin untuk metabolisme aerobik.
Mioglobin terdiri dari suatu porsi protein globular (globin) dan porsi
non-protein yang disebut cincin heme. Warna daging sebagian tergantung pada
status oksidasi Fe di dalam cincin heme.
Konsentrasi mioglobin dalam jaringan
bervariasi, tergantung dari fungsi dan aktivitas fisik otot, jumlah suplai
darah, ketersediaan oksigen serta umur, jenis kelamin, dan spesies. Otot
jantung, walau mengandung sedikit pigmen, tetapi mioglobinnya relatif lebih
tinggi jika dibandingkan dengan jaringan lain. Hal ini karena jantung
memerlukan oksigen yang relatif tinggi. Sebaliknya, otot sayap unggas
mengandung mioglobin relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan otot rangka
lainnya. Hal ini karena otot sayap unggas memiliki efisiensi yang tinggi
terhadap suplai oksigen dari darah.
Mioglobin meningkat dengan meningkatnya
umur. Misalnya veal mengandung 1-3 mg mioglobin/g jaringan segar, oto beef 4-10
mg/g, dan 16-20 mg/g pada beef yang lebih tua. Perbedaan mioglobin diantara
spesies tampak nyata. Misalnya, warna merah muda ringan pada daging babi (pork)
dibanding dengan warna merah terang pada daging sapi (beef). Diketahui bahwa
ternak jantan mempunyai otot yang mengandung lebih banyak mioglobin jika
dibanding dengan ternak betina dan jantan kastrasi pada umur yang sama. Di
samping itu, tampak nyata terlihat adanya perbedaan antara otot dada dan otot
paha pada ayam, yakni warna keputihan pada otot dada dan merah gelap pada otot
paha.
Pada umumnya, daging beef dan domba lebih
banyak mengandung mioglobin dari pada daging babi, veal, ikan, atau unggas.
Pada dasarnya, otot yang berwarna merah gelap secara relatif mengandung
proporsi serabut-serabut merah yang kaya dan tinggi akan mioglobin.
Status kimia mioglobin
Kemampuan
pigmen mioglobin berikatan dengan
molekul lain termasuk oksigen, tergantung pada status kimia Fe yang terdapat
dalam cincin heme. Bila Fe dalam bentuk Fe-dioksida, status ini tidak dapat
berikatan dengan molekul lain termasuk oksigen. Namun bila Fe dalam bentuk
Fe-direduksi, status ini akan dapat dengan mudah berikatan dengan molekul air
daging atau dengan oksigen. Jadi, untuk memelihara kemampuan pigmen untuk
bereaksi, maka jaringan otot harus berstatus pada kondisi reduksi, karena
molekul oksigen akan bereaksi dengan Fe-reduksi dari mioglobin yang
menghasilkan warna merah segar pada daging. Reduksi akan berlangsung secara
alamiah karena adanya aktivitas enzim yang menggunakan semua sisa oksigen dalam
otot setelah proses kematian. Oleh karena pigmen bagian dalam daging mempunyai
bentuk reduksi dan hanya bereaksi dengan air daging, maka pigmen ini berwarna
ungu dan disebut deoksimioglobin.
Pigmen daging dapat mengalami perubahan
akibat dari reaksi oksigen pada saat pemotongan, penggilingan, atau kontak
dengan udara. Pada saat kandungan oksigen terbatas misalnya pada pengepakan
vakum atau semipermiabel, posisi Fe dari pigmen daging akan teroksidasi dan
menyebabkan warna daging menjadi coklatyang kurang disukai. Warna coklat ini
disebut metmyoglobin (status ion Fe dalam wujud fero karena oksidasi). Bila
daging segar dibiarkan terus berkontak dengan udara, maka pigmen reduksi akan
bereaksi dengan molekul oksigen membentuk pigmen yang relatif stabil yang
dikenal dengan istilah oksimioglobin dan berwarna merah terang. Oksimioglobin
akan terbentuk dalam waktu 30-45 menit setelah daging berkontak dengan udara.
Perkembangan warna merah oksimioglobin ini disebut "bloom". Warna ini
berasal dari deoksimioglobin (ungu) yang dioksigenasi (ditambah molekul
oksigen), dan warna ini merupakan warna yang disukai konsumen.
Stabilitas oksimioglobin (merah terang)
tergantung kepada dua hal yaitu: (1) kontinyuitas suplai oksigen, karena
enzim-enzim yang terlibat dalam proses metabolisme oksidatif menggunakan
oksigen yang tersedia dengan cepat, dan (2) aktivitas enzim otot, yang
masing-masing berbeda sesuai dengan aktivitas enzim otonya, sehingga pengaturan
jumlah oksigen yang tersedia di bagian luar otot juga berbeda dengan bagian
dalam otot. Jika pH dan suhu jaringan meningkat, maka enzim menjadi lebih
efektif dan mengakibatkan kandungan oksigen menjadi turun. Warna merah terang
daging dapat dipertahankan selama jangka waktu yang semaksimal mungkin dengan
cara mempertahankan temperatur daging di sekitar titik beku untuk meminimalkan
laju aktivitas dan penggunaan oksigen.
2.3.3 Protein Stromal
Jaringan ikat berfungsi sebagai
penghubung dan pengikat bagian-bagian tubuh secara bersama-sama. Jaringan ikat
ini tersebar luas pada tubuh dan berbagai komponen tulang, organ, pembuluh
darah, limfe, tendon, jaringan saraf, dan otot serta menghubungkan kulit dengan
tubuh. Jaringan ikat juga berfungsi sebagai penghubung antara agensia-agensia
infektif. Dalam jaringan ikat tertentu, terdapat sel-sel lemak yang tersimpan,
dan disebut sebagai jaringan adipose.
Jaringan ikat tersusun dari substansi
dasar (massa yang tak berstruktur), sel, dan serabut ekstraselular, seperti
kolagen, elastin, dan retikulin. Jaringan ikat mengandung dua macam sel, yakni
sel tetap (fibroblast, mesencim dan sel adipose), dan sel pengembara
(berhubungan dengan reaksi terhadap luka dan cedera seperti eosionafil, sel
plasma, sel mast, sel limfe, dan makrophag bebas).
Substansi
Dasar. Substansi dasar adalah cairan viskous yang mengandung glikoprotein
(karbohidrat yang mengandung protein), yang sifatnya mudah larut dan
proteoglikan atau glikosaminoglikan. Substansi dasar mengandung substrat dan
hasil akhir metabolisme jaringan ikat, termasuk precursor kolagen dan elastin,
berupa tropokolagen dan tropoelastin. Glikosaminoglikan antara lain adalah asam
hialuronat (substansi viskous) dan kondroitin sulfat, yang fungsinya sebagai
lubrikan/substansi pelekat interselular, dan bahan struktural dari kartilago
dan tulang serta sebagai penghalang agensia-agensia infeksius.
Serabut Ekstraselular
Serabut ekstraselular yang mempunyai
struktur padat disebut jaringan ikat padat, dan yang membentuk struktur longgar
disebut jaringan ikat longgar, serabut ini meliputi kolagen, elastin, dan
retikulin.
Kolagen mempunyai pengaruh yang besar
terhadap keempukan dengan jumlah sekitar 20%-25% dari total protein tubuh
mamalia Kolagen merupakan protein struktural utama jaringan ikat dan merupakan
komponen utama tendo dan ligamentum. Tulang dan kartilago juga mengandung
kolagen dan menyebar ke semua jaringan tubuh/organ, termasuk otot.
Distribusinya tidak sama untuk semua otot skeletal dengan jumlah yang
tergantung dari aktivitas fisik. Kolagen merupakan glikoprotein yang mengandung
gula, termasuk glukosa dan galaktosa yang mengandung glisin dalam jumlah yang
relatif besar, kira-kira 1/3 dari total asam amino. Asam amino hidroksiprolin dapat
dipergunakan untuk menentukan jumlah kolagen jaringan karena hidroksiprolin
merupakan komponen kolagen yang secara relatif adalah konstan (13-14%) dan
tidak terdapat dalam jumlah yang berarti pada jaringan tubuh ternak lain.
Molekul tropokolagen adalah unit
struktural fibril kolagen yang dibentuk oleh persatuan molekul-molekul
tropokolagen yang saling tumpang tindih pada hampir setiap 14 panjang yang
menunjukkan tampaknya striasi. Jarak antara striasi sekitar 67 nm dalam kondisi
memendek. Serabut kolagen tersusun dan fibril-fibril kolagen yang dipersatukan
dan setiap struktur utama rantai polipeptida mempunyai rangkaian as am amino
yang bemlang-glisin-prolin-hidroksiprolin-(satu asam amino yang lain).
Pembentukan kolagen memerlukan asam
askorbat untuk hidroksilasi prolin dan lisin setelah benang-benang polipeptida
terbentuk. Serabut kolagen tidak larut dan mempunyai kekuatan tarik yang tinggi
yang disebabkan oleh ikatan silang intermolekular. Pada ternak muda, jumlah
ikatan silang intermolekular hanya sedikit dan mudah putus. Ikatan silang
meningkat sesuai dengan bertambahnya umur dan ikatan yang mudah putus
digantikan menjadi ikatan yang stabil, sehingga kolagen biasanya mudah larut
pada ternak muda dan sebaliknya untuk ternak yang lebih tua.
Elastin dalam tubuh berjumlah lebih
sedikit jika dibandingkan dengan kolagen. Elastin sukar larut karena mengandung
asam-asam amino nonpolar dalam jumlah yang tinggi (lebih dari 90%). Elastin
sangat tahan terhadap enzim digestif dan panas, serta asam dan basa yang ekstrim.
Elastin dapat didegradasi oleh enzim proteolitik tanaman. Elastin terbentuk
dari molekul prekursor yang mudah larut. Tropoelastin yang disekresikan oleh
fibroblast setelah disintesis oleh ribosom.
Retikulin. Retikulin dapat dibedakan dari
kolagen dengan reaksi warna. Retikulin akan nampak berwarna hitam dengan
larutan perak amonia, sedangkan kolagen nampak berwarna coklat. Retikulin
berbeda dengan kolagen dalam hal morfologis dan biokemis, dan tersusun dari
serabut-serabut halus yang membentuk anyaman rapi di sekitar sel, struktur
syaraf, dan pembuluh darah epitel.